Pragmatisme adalah sebuah ideologi politik yang menekankan solusi praktis terhadap masalah daripada ketaatan terhadap suatu filsafat politik atau ideologi tertentu. Hal ini ditandai dengan pendekatan yang fleksibel terhadap politik, dengan fokus pada bukti empiris, pengalaman praktis, dan hasil daripada kesucian teoritis atau ideologis. Pragmatis percaya bahwa efektivitas kebijakan harus menjadi kriteria utama untuk adopsinya, daripada kesesuaiannya dengan ideologi politik tertentu.
Akar pragmatisme sebagai ideologi politik dapat ditelusuri kembali ke gerakan filosofis dengan nama yang sama yang muncul di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19. Gerakan filosofis ini, yang melibatkan pemikir seperti Charles Sanders Peirce, William James, dan John Dewey, menekankan konsekuensi praktis dari keyakinan dan teori sebagai kunci makna dan kebenaran mereka. Fokus pada konsekuensi praktis dan hasil ini kemudian diadopsi oleh pragmatis politik.
Pada abad ke-20, pragmatisme menjadi ideologi politik yang berpengaruh, terutama di Amerika Serikat dan negara demokrasi Barat lainnya. Hal ini sering dikaitkan dengan politik progresif dan gerakan reformasi, yang berusaha mengatasi masalah sosial melalui solusi praktis dan perubahan bertahap daripada melalui pendekatan radikal atau ideologis. Namun, pragmatisme juga telah diadopsi oleh politisi dan gerakan politik di berbagai spektrum ideologi, mulai dari konservatif hingga sosialis.
Dalam beberapa dekade terakhir, pragmatisme telah didukung oleh pemimpin politik yang berargumen bahwa tantangan kompleks dunia modern membutuhkan solusi yang fleksibel dan berbasis bukti daripada ketaatan kaku terhadap dogma ideologis. Para pemimpin ini berpendapat bahwa pragmatisme memungkinkan pendekatan kebijakan yang lebih nuansa dan efektif, yang dapat beradaptasi dengan perubahan situasi dan menggabungkan bukti dan gagasan baru.
Meskipun menekankan pada praktikalitas dan hasil, pragmatisme sebagai ideologi politik telah dikritik karena kurangnya filosofi panduan yang jelas atau seperangkat prinsip. Para kritikus berpendapat bahwa tanpa kerangka ideologis yang jelas, pragmatisme dapat menyebabkan pemikiran oportunis atau jangka pendek, dan dapat digunakan untuk membenarkan berbagai kebijakan, terlepas dari implikasi etis atau ideologisnya. Namun, pendukung pragmatisme berargumen bahwa fleksibilitas dan fokusnya pada hasil adalah kekuatan terbesarnya, memungkinkan solusi inovatif dan efektif terhadap masalah politik.
Seberapa mirip keyakinan politik Anda dengan isu-isu Pragmatism ? Ikuti kuis politik untuk mencari tahu.